fisip | Thursday, 18 September 2025 | 11:05 WIB  


Surabaya, 18 September 2025 – Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga kini masih menjadi persoalan sosial yang kerap terjadi di berbagai daerah, termasuk di wilayah pedesaan. Menyadari pentingnya upaya pencegahan sejak dini, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) melalui Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik program studi Sosiologi menggelar kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema “Pemberdayaan dan Model Intervensi Kader Pendamping Keluarga untuk Mencegah Kekerasan Dalam Rumah Tangga” di Desa Tejoasri, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan.

 

Kegiatan yang dilaksanakan pada selasa, 16 September 2025 ini dipimpin oleh Dr. Suharnanik, S.KM., M.Si. sebagai ketua tim pengabdi. Pengabdian ini tidak hanya menghadirkan para akademisi, tetapi juga melibatkan mahasiswa sebagai bagian dari proses pembelajaran di luar kelas, sehingga mahasiswa dapat merasakan langsung dinamika sosial di masyarakat sekaligus memberi kontribusi nyata.

 

Acara dibuka dengan sambutan Kepala Desa Tejoasri, Yusuf Bachtiar, S.IP., yang menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap program tersebut. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya peran kader pendamping keluarga di desa sebagai garda terdepan dalam mencegah dan menangani kasus KDRT. “Kami berharap kegiatan ini dapat memperkuat kapasitas kader sehingga mampu menjadi agen perubahan di tengah masyarakat,” ujarnya.

 

Salah satu inti kegiatan adalah pelatihan pemberdayaan ekonomi, yang dibawakan oleh narasumber Dr. Umar Sholahudin, S.Sos., M.Sosio. Materi ini disusun dengan tujuan memberikan bekal keterampilan ekonomi kepada kader pendamping keluarga agar mereka memiliki kemandirian finansial sekaligus mampu menjadi contoh bagi masyarakat luas. Menurut Dr. Umar, salah satu akar persoalan KDRT adalah kerentanan ekonomi, sehingga penguatan kapasitas ekonomi keluarga dapat menjadi solusi strategis dalam mencegah terjadinya kekerasan. Selain aspek ekonomi, pelatihan ini juga menekankan pentingnya komunikasi efektif dalam keluarga, pemahaman tentang regulasi terkait perlindungan perempuan dan anak, serta strategi intervensi sosial yang dapat dilakukan kader ketika menemukan indikasi kasus KDRT. Dengan demikian, para kader tidak hanya diberdayakan secara ekonomi, tetapi juga secara sosial dan psikologis.

 

Kegiatan ini dihadiri sebanyak 48 ibu-ibu dan kader PKK Desa Tejoasri. Para peserta datang dari latar belakang beragam, mulai dari guru, wirausaha, petani, hingga ibu rumah tangga. Keberagaman ini memperkaya diskusi dan pengalaman yang dibagikan, terutama terkait tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sesi testimoni, peserta pelatihan menyampaikan manfaat yang mereka rasakan. Salah seorang kader menuturkan, “Pelatihan ini membuka pikiran kami bahwa usaha harus dimulai dari hal-hal kecil, dan perempuan seharusnya tidak ragu untuk bekerja. Dengan kemandirian, kami bisa lebih kuat mendukung keluarga sekaligus mencegah terjadinya kekerasan.”

 

Ketua tim pengabdi, Dr. Suharnanik, menjelaskan bahwa pengabdian masyarakat ini dirancang sebagai bagian dari komitmen perguruan tinggi dalam mendukung pembangunan sosial di tingkat desa. “KDRT bukan hanya persoalan privat, melainkan isu sosial yang berdampak luas. Melalui pemberdayaan kader pendamping keluarga, kami ingin mencetak agen-agen perubahan yang mampu memberikan pendampingan, advokasi, dan solusi nyata di masyarakat,” ungkapnya.

 

Ia menambahkan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan ini memiliki nilai penting, baik bagi mahasiswa maupun masyarakat. Mahasiswa dapat belajar langsung mengenai pendekatan intervensi sosial, memahami persoalan gender di tingkat akar rumput, sekaligus mengasah keterampilan mereka dalam bekerja bersama komunitas. Bagi masyarakat, kehadiran mahasiswa memberi energi baru serta memperkuat hubungan antara perguruan tinggi dan desa. Kegiatan ini juga diwarnai dengan diskusi interaktif antara narasumber, dosen, mahasiswa, dan peserta. Diskusi tersebut membahas berbagai strategi pencegahan KDRT, mulai dari membangun komunikasi yang sehat dalam keluarga, memanfaatkan peluang ekonomi lokal, hingga pentingnya keberanian melapor ketika menemukan kasus kekerasan.

 

Dengan terlaksananya pengabdian masyarakat ini, diharapkan kader pendamping keluarga di Desa Tejoasri dapat lebih berdaya dan memiliki kapasitas intervensi yang kuat. Pemberdayaan ekonomi menjadi langkah awal yang diharapkan mampu mengurangi kerentanan sosial, sementara pendampingan sosial menjadi pondasi dalam menciptakan keluarga yang harmonis dan terbebas dari kekerasan. Sebagai tindak lanjut, tim pengabdi berkomitmen untuk terus menjalin kerja sama dengan pemerintah desa dan masyarakat setempat, baik melalui pelatihan lanjutan maupun pendampingan program-program berbasis komunitas. Dengan demikian, upaya mencegah KDRT tidak berhenti pada kegiatan satu kali, melainkan menjadi gerakan berkelanjutan yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

 

Melalui kegiatan ini, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya kembali menunjukkan perannya sebagai institusi pendidikan yang tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga hadir langsung di tengah masyarakat untuk memberikan solusi nyata atas permasalahan sosial.