fisip | Saturday, 06 January 2024 | 13:56 WIB  


Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS), memberdayakan para aparatur desa.


Program pengabdian masyarakat itu merupakan program hibah dari internal kampus Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dengan skema pemberdayaan berbasis masyarakat. Yakni pemberdayaan kemitraan masyarakat yang berfokus pada ilmu politik, sosial, humaniora, pendidikan, serta seni dan budaya.

Pemberdayaan dilakukan Rizca Yunike Putri dan Ahmad Sufaidi, ini  agar anggota aparatur serta warga desa mampu memiliki kemampuan kepemimpinan. Masalah kepemimpinan di desa tidak hanya menjadi tanggung jawab kepala desa dan aparatur desa.


Wilayah desa yang dikenal memiliki budaya yang lebih guyub dan gotong royong yang tinggi, dalam perkembangannya tidak lagi mengenal karakter patron clien. Di era kontemporer ditambah dengan adanya kemandirian desa dengan dana desa, perkembangan desa yang cenderung lambat menjadi cepat dan mulai mampu membangun industris skala desa sendiri.


Menurut UU No. 23 Tahun 2014, Desa sebagai wilayah yang diakui yuridiksinya memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat, yang diakui atau dibentuk dalam sistem pemerintahan Nasional yang berada di kabupaten/kota, sebagaimana disebutkan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dasar pemikiran dalam pengaturan mengenai desa, adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.


Faktor kepemimpinan di desa merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Model kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin di dalam memimpin warganya maupun di dalam mengupayakan partisipasi masyarakat terhadap pembangunan akan mempengaruhi intensitas partisipasi masyarakatyang akan diberikan terhadap pembangunan di desanya.


Selain itu kepala desa juga yang merupakan administrator pemerintah, administrator masyarakat dan administrator pembangunan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan, menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut aktif dalam kegiatan pembangunan desa. Oleh karena itu, diperlukan Kepala Desa yang cakap, jujur, bijaksana dan mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam menyelenggarakan pemerintahan desa serta dilengkapi dengan perangkat desa yang berkualitas.


Idealnya, kepala desa sebagai katalisator harus menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di kantor desa, hal ini dapat dilihat dari cara Kepala Desa dalam memberikan arahan serta motivasi bagi parah pegawainya serta memacuh semangat kerja parah pegawainya untuk lebih maksimal dalam memberikan pelayanan pada masyarakat. Kualitas kepemimpinan kepala desa harus disertai dengan kemampuan manajerial administrasi pemerintahan dan peningkatan pemahaman tugas dan fungsi kepala desa (6).

Kepala desa dibantu oleh beberapa unsur yang terdiri dari sekretariat desa yang dijabat oleh sekretaris desa, pelaksana kewilayahan yang dijabat oleh kepala dusun atau sebutan lain, dan pelaksana kewilayahan yang dijabat oleh kepala urusan, kepala seksi atau sebutan lain . Menjadi perangkat desa adalah merupakan sumber mata pencaharian lainnya bagi warga desa yang mungkin tidak lagi melakukan aktivitas masyarakat desa yang kita kenal pada umumnya.


Sebagai calon pemimpin, aktivis organisasi desa dituntut untuk mampu memanajemen keorganisasian dan menyatukan opini warga, tapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan kepemimpinan. Kemampuan kepemimpinan tidak bisa diartika sempit sebagai kemampuan memimpin, tapi juga mengorganisir, melakukan perencanaan dan juga pelayanan bagi warga desa.


Dua masalah ini menjadi dasar berfikir mitra membutuhkan edukasi dan juga pendampingan bukan hanya untuk para aparatur warga tapi juga untuk para penggiat organisasi-organisasi di desa untuk memperoleh pelatihan tentang praktek kepemimpinan. Bukan rahasia bahwa jabatan kepala desa dan aparatur desa mayoritas didominasi oleh aktivis desa yang memang menjadi bagian dari organisasi di Desa Wonokerto. Dan aktivis organisasi inilah yang secara tidak langsung menjadi kader dan calon pemimpin.