Pasuruan, 2 Agustus 2023 - Di dalam pengejawantahan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, Program Studi Ilmu Politik melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Desa Wonokerto Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan pada hari Rabu, 02 Agustus 2023. Kegiatan ini sebagai bentuk sinergi antara aktivitas akademik dengan persoalan-persoalan yang faktual di tengah masyarakat. PkM ini diikuti oleh sivitas akademika yaitu Drs. Christine L. Mamuaya, M.IP selaku Wakil Dekan Fisip dan Dr. Triana Dianita Handayani, Galang Geraldy, S.IP.,M.IP. selaku dosen serta Moh. Fajar Soleh, Wika Tata Irawan dan Silvi Rahmawati sebagai mahasiswa Ilmu Politik yang tengah menempuh semester 6.
Kehadiran Christine L. Mamuaya, sebagai Wadek Fisip untuk membuka kerjasama (MoU) antara Fisip dan Desa Sukorejo sebagai payung legalitas kegiatan kolaborasi selama lima tahun ke depan (2023-2028). Kades Sukorejo, Sugiono.,S.Pd menyambut baik kolaborasi antara PT dan Desa dalam rangka sinergi pengembangan akademik di PT dan program pembangunan desa. Christine L. Mamuaya, yang mewakili Fisip pun berharap kerjasama ini bagian dari pengejawantahan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di Fisip. Sedangkan Galang Geraldy, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Politik menyampaikan bahwa di era saat ini sangat penting untuk mengembangkan metode pembelajaran berbasis projek atau kegiatan lapangan yang langsung bersentuhan dengan realitas dan fenomena sosial di masyarakat, khsususnya dalam konteks ini pembangunan di desa.
Selanjutnya, kegiatan PkM berupa penyampaian materi sosialisasi bersama Pemdes dan Masyarakat Desa Wonokerto dalam tema " Peran Desa Wonokerto dalam Manifestasi Ekonomi Desa Berbasis Afirmasi Gender" dilaksanakan secara terbuka yang dihadiri Kepala dan Aparatur Desa, warga dan segenap kelompok masyarakat Desa. Di awal penyampaiannya, Tim PkM Prodi Politik dan Pemdes Wonokerto telah melakukan observasi dan penelitian terkait optimalisasi potensi ekonomi berbasis sumber daya lokal yang akhirnya merujuk pada pengembangan mangga alpukat.
Secara geografis, Desa Wonokerto terletak dibagian utara kabupaten Pasuruan dengan luas wilayah 1.474.02 km2 (BPS, 2022). Keadaan topografi desa Wonokerto secara umum merupakan dataran, yang kompatibel untuk menanam padi dan mangga alpukat serta beriklim subtropis yang cocok untuk tanaman hasi pertanian padi dan mangga alpukat. Sedangkan, secara sosio-demografis, penduduk desa Wonokerto memiliki kesamaan dengan tipologi masyarakat desa lain yang memiliki mata pencaharian sebagai petani, meski tidak semuanya sebagai pemilik tanah sawah. Untuk mengoptimalisasi mereka yang hanya sebagai buruh tani (tidak memiliki sawah),
Kegiatan sosialisasi dan diskusi berlangsung sangat 'gayeng' dan menarik karena antusiasme masyarakat dan aparatur desa dalam upaya bersama memikirkan pengembangan ekonomi desa. Termasuk kemudian, bagaimana memberikan peran kepada perempuan untuk terlibat secara langsung dalam pengelolaan ekonomi desa berbasis budidaya mangga alpukat tersebut. Hal ini penting, untuk menempatkan perempuan sebagai aktor ekonomi pendamping selain para pria yang bekerja di sawah. Secara ekonomi, tanaman mangga alpukat di sekitar pekarangan rumah, dapat sebagai penambah ekonomi keluarga sambil menunggu masa panen padi.
Materi secara teknis disampaikan oleh para mahasiswa yang kemudian menyasar pada edukasi terhadap peran perempuan dan kaum muda untuk terlibat dalam pengelolaan budidaya mangga alpukat secara modern. Mengelola mangga alpukat ke dalam berbagai olahan dan media pemasaran. Pembekalan materi dan wawasan ini membuat perempuan pedesaan termotivasi untuk membuat inovasi baru dalam hal pengemasan dan pemasaran yang dapat dilakukan secara entrik dan menggunakan teknologi modern, yaitu online melalui media sosial (Facebook, twitter, TikTok, YouTube, dan e-mobile) Di dalam konteks pembangunan, maka hal ini Pemdes telah menerapkan pembangunan desa berbasis gender yang mengafirmasi peran-peran perempuan.
Dr. Triana di dalam kesempatannya tersebut juga menyampaikan peran perempuan sangat penting di dalam pembangunan desa. Beliau merujuk pada bagaiaman sekarang perempuan diberikan ruang di dalam partisipasi di ruang publik maupun politik. Sebagai contoh disampaikannya, minimal keterwakilan perempuan di parpol maupun lembaga politik adalah 30%. Hal ini harus menjadi momentum bahwa perempuan tidak lagi hanya berorientasi pada urusan domestik, namun juga terlibat dalam urusan publik. Maka pengembangan softskill menjadi sangat penting, terutama di era digital, perempuan bisa banyak belajar secara cepat, sebagaimana contoh hari ini dalam upaya pengembangan budidaya mangga alpukat di desa.
Kegiatan PkM kemudian ditutup dengan dengan penyampaian secara dialogis antara dosen yang diwakili oleh Galang Geraldy dan Sugino, selaku Kades Wonokerto bahwa bagaimana nantinya diharapkan Pemdes mengupayakan untuk mengembangkan budidaya mangga alpukat secara komunal, kolektif berbasis ekonomi kerakyatan yaitu dikelola di tanah milik desa serta pekarangan-pekarangan warga. Di dalam perkembangannya, bisa saja nantinya menjadi produk unggulan yang dikelola secara kolektif melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdesa). Maka untuk mendukung keberlanjutan kegiatan tersebut, maka tim PkM mengusulkan untuk masuk dalam genda pembangunan desa dalam RPJM sehingga didukung perencanaan yang baik dan alokasi anggaran yang optimal. (Ilpol,2023)